Saya seorang guru Ekonomi & Akuntansi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. Untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran, saya paling malas untuk koreksi manual, apa lagi Akuntansi. Hal ini membuat meja kerja saya terlihat selalu rapi dan bersih karena tidak banyak buku kerja siswa.
Mungkin saya termasuk salah seorang guru yang paling malas koreksi ulangan harian murid secara manual, namun saya paling sering memberikan tugas dan ulangan harian yang bisa dikerjakan di rumah.
Melalui blog yang saya bangun ini, saya berusaha semampu tenaga dan fikiran membantu kesulitan belajar perserta didik dengan menyediakan rangkungkuman dan berbagi media pembelajaran interaktif yang menantang mereka untuk mau membaca buku dan mencari bahan belajar tidak hanya dari buku paket, namun juga dari internet.
Tahun 2015 menjadi awal perubahan sistem evaluasi belajar, dimana Ujian Nasional (UN) sebagian sekolah dilaksanakan dengan cara computer Base Test (CBT). Dengan model evaluasi CBT, dari segi waktu pengerjaan maupun hasil, jauh lebih cepat dibandingkan dengan Paper Base Test (PBT).
Namun demikian dari sisi infrastruktur, tidak semua sekolah siap untuk mengikuti UN dengan model CBT karena memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk instalasi jaringan Local Area Network (LAN). Kemudian dukungan jumlah computer untuk setiap peserta ujian juga tidak semua siap.
Sebagian sekolah di Surabaya yang jumlah computer di laboratorium tidak mencukupi, diatasi dengan menggunakan sejumlah laptop yang dibawa oleh siswa calon peserta ujian. Dengan dukungan laptop siswa inilah akhirnya sekolah-sekolah penyelenggara CBT dapat memenuhi target minimal 1/3 dari jumlah peserta ujian, karena ujian boleh dilaksanakan maksimal tiga (3) sift.
Untuk membiasakan siswa mengerjakan UN secara CBT, maka pihak sekolah dan guru harus membiasakan diri juga melatih anak didik belajar secara online. Sejumlah program gratisan untuk mendisain soal-soal secara online sudah banyak beredar di internet, tinggal menunggu kemauan guru uantuk memanfaatkannya.
Kemajuan teknologi informasi seharusnya dibarengi dengan kemauan dan kemampuan dunia pendidikan untuk memaksimalkan pemanfaatan perkembangan tersebut demi kemajuan dunia pendidikan. Hampir semua siswa setingkat SMP atau SMA sudah terbiasa menggunakan smart phone, kenapa para guru belum banyak yang memanfaatkan alat komunikasi tersebut untuk media pembelajaran.
Salah satu pengembang media belajar Online dari Philipina menawarkan aplikasi gratisan untuk belajar online ini yang bisa dimanfaatkan para guru beserta para muridnya. Untuk lebih jelasnya, coba kunjungi: https://www.quipperschool.com/id/index.html.
Saya telah memanfaatkan Quipper bersama para murid, dan memanfaatkan smart phone untuk komunikasi dengan mereka dengan cara membuat line group.
Selamat mencoba dan jangan jadikan umur sebagai alasan males untuk belajar.